Media Bayaran

Media itu pro sama yang bayar. Ini udah rahasia umum lah.

Kehidupan saya ngga sepenuhnya di media, tapi ada sebagian jiwa saya yang nyantol di media, yang dari situ akhirnya banyak belajar dan nambah wawasan tentang media.

Saya ingat betul ketika Jokowi nyalon jadi Gubernur di Jakarta. Itulah masa kejayaan Jokowi di media. Dan saya hafal beberapa media yang konsisten memberitakan Jokowi dengan tone positif.

Hal yang sekarang sudah jarang dijumpai di media-media (yang saya hafal) tersebut. Konten di media (yang dulu rutin mengangkat Jokowi) kini sudah berubah mengangkat pamor orang lain. Dilihat dari konsep yang digunakan, sepertinya man behind the gun-nya masih sama.

Jadi, media bayaran tersebut menurut saya sama sekali ngga punya harga diri. Mereka bergerak untuk si tuan, harga diri mereka seharga bayaran dari sang tuan.

Bahkan belakangan saya jumpai mulai ada konten yang menyerang Jokowi (di media yang dulunya mati-matian membela Jokowi). Ini artinya (bisa jadi) sang tuan baru memberikan perintah khusus tersebut.

Menurut saya, masih mending media yang berpihak dari pada media yang dibayar. Apa bedanya? Akan saya bahas di tulisan selanjutnya mungkin ya.

Dalam sebuah blog seorang jurnalis, ia bercerita bahwa media-media itu berperan ganda sekaligus sebagai konsultan di bidang branding. Kadang mereka memaksa seseorang untuk menggunakan jasanya dengan cara memeras. Jika tidak mau jadi klien, maka ia akan mencari klien lain sambil menjatuhkan brand orang yang tidak mau menjadi kliennya tadi. Ini sadis.

Mereka mendapatkan uang dan kehidupan dari hasil peras orang lain. Mereka menggunakan ilmu jurnalistik sebagai alat kriminal, sebuah kejahatan yang dilakukan dengan sangat lembut.

Ketika idealisme sudah ngga dipedulikan, maka apapun akan diperjuangkan tanpa peduli benar atau salah, dan kalau perlu cari tumbal demi memuluskan aliran uang.

Saya ngga perlu sebutin media mana aja yang dapet proyek-proyek bayaran itu, kamu cukup memperhatikan aja info-info yang sering berseliweran di akun Facebook atau Twitter kamu, nanti juga tahu kok.

Yakin Ngga Mau Komen?